2014-04-03

Riwayat Si Aking


RIWAYAT SI AKING
Puisi karya Rahma Ayuningtyas Fachrunisa

Orang tua itu menyantap aking samarnya
Sungguh dinikmat, telan penuh senyum sulaman
Tiada peduli dahaga menancap
Penyangga perut itupuncukup
Si Anak tak begitu

Si Anak bertanya,
"Tak bisakah kita makan sesungguhnya nasi?"
Prihatin, Si Tua berkata,
"Inilah sesungguhnya nasi." 
Si Anak bingung termangu hentikan kecapan

"Ini nasi, keras, namun peduli."

Si Anak tatap nanar haus tanya 
Dengan apa ia sanggup memahami
Ia mendesah, seraya berkata,
"Tiada mengerti diri ini."


Si Tua mengibas senyum lebar
"Hendaknya kau mengerti, hendaknya kau tahu
Alangkah nikmat aking ini
Tiada tara Si Pembandingnya
Tiada duga Si Perasa
Mengapa tak kau coba tuk rasa?"

Si Anak pun tak puas jua
Makin bingung ia, Si Belia
Diketahuinya seonggok nasi bekal

Si Tua berkata lagi, 
"Aking ini simbol pemimpin hebat
Tajamkan penglihatanmu, pekakan perasaanmu."

Masih tiada mengerti, Si Kecil lagi bertanya,
"Sebuah aking yang patah rebah ini?"

Kau benar, Duhai Anakku.Ia hidup dalam gelimang kesederhanaan
Bukan jepitan kemeriahan
Berkecukupan namun tiada berlebihan
Mengemban amanahnya sebagai santapan
Meski kini tampak berbeda
Ia keras, berkepribadian baja
Mampu bedakan rasa dan kuasa
Tanpa utamakan gula dunia
Ia peduli, Burung Daraku
Ia peduli
Ia ada antara sumber daya tiada berdaya
Ia menghidupi saat tiada yang mengerti
Kerahkan segala nutrisi bagi makhluk lunglai
Tak sadarkah dikau?
Hanya ini yang kami mau
Hanya ini yang negeri mau
Mengertilah, Bidadariku"

Si Anak mengangguk
Terdiam tanpa kata, terbawa tanpa bantah
Mulai paham mutiara di balik batu

"Wahai, Anakku
Wahai, Harapanku
Jadilah engkau laksana aking ini
Pasir di luar, emas di dalam
Cintai tanah kehidupanmu
Cintai tanah penghidupanmu
Cintai Tanah Surga ini."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar