2014-12-21

A Great Things I couldn't See Before

Kemarin adalah tanggal 20 Desember 2014.
Dan kemarin adalah hari ulang tahunku.
Aku bersyukur karena Allah masih memberikan kesempatan hidup kepadaku. Ucapan dari teman-temanku juga membuatku bersyukur karena membuatku sadar atas kehadiran mereka dalam hidupku.
Namun, aku rasa, hadiah dari salah satu teman-sahabat-ku lah yang paling berkesan.
Sederhana, namun berkesan. Itulah tanggapanku terhadap pemberiannya.
Memangnya, apa yang dia berikan?
Sebelum aku memberitahukan apa yang dia beri, aku ingin mengucapkan big thanks kepadanya hihihi barangkali ia membaca ini. :3

Oke, jadi dia memberiku cokelat dan beberapa lembar tulisan.
Eh, tulisan?
Yapp, dan kau tahu apa isinya?
Lembaran itu bertuliskan tulisan tangannya, tentang curhatannya. xD Mulai dari ucapan selamat ulang tahun, harapan atas ulang tahunku, curhatannya yang rada ga nyambung (awkwkwk) hingga best moment kita.
Kedengarannya mungkin biasa saja, tapi bila kau membacanya, kau bisa menangis! hihihi
Nah, soal best moment, aku rasa kami telah melewati hidup di SMA bersama-sama dan sepertinya sebentar lagi kami akan berpisah karena harus melanjutkan pendidikan. Dan mengingat itu semua, sambil flashback nih, yah begitu mengharukan. Mulai dari kekonyolan kami di kelas, saat pelajaran, aaaahh sangat banyaaaaak! T-T Dan itu semua sangat sangat sangat berkesan, membuatku semakin bersyukur karena Allah telah menitipkan sosok sepertinya kepadaku yang masih banyak kekurangan.
Lanjut!
Ini adalah salah satu hal yang sangat spesial.
Dan ini benar-benar menjadi renunganku di umur baruku ini.
Apa itu?

2014-12-20

[PUISI] MENGUJUNG CEMARA



 MENGUJUNG CEMARA
 Puisi karya Rahma Ayuningtyas Fachrunisa
(dimuat di salah satu koran regional)

Satu, dua, tiga
Cemara itu menusuk langit
Gapaiannya tiada peduli rintang
Julangannya seperti pedang
Tembus rimbun gesekan udara
Hijau lembut warnai indera
Sungguh berani, betapa berarti
Karena manusia perlu menapak
Tuk lakukan yang termanis
Tatap ke atas dengan buas
Perlahan ke puncak sangat ikhlas
Widya bakti junjung jati diri
Suburkan tanah Nusantara ini
Lambungkan harga diri Tanah Pusaka
Bukti kita Tunas Negeri

2014-11-07

[PUISI] KOTEKAN SINGA

 
KOTEKAN SINGA
Puisi karya Rahma Ayuningtyas Fachrunisa


Kata siapa singa Si Raja Hutan?
Besar badan pun gajah pemenangnya
Kata siapa singa Si Raja Hutan?
Auman auman auman auman, bah
Kata siapa singa Si Raja Hutan?
Taring tajam gigit mangsa saja
Kata siapa singa Si Raja Hutan?
Melayang melesat melaju s'lalu mengancam

Siapa yang kuat, dia yang menang
Zaman tak lagi konstan, huh?
Siapa yang hebat, di yang menang
Zaman t'lah songsong pintar, hah?

Pandai bicara hipnotis khalayak?
Omong
Kosong
Kosong
Omong
Pandai bicara tuntun ke cahaya, Bung!

2014-10-03

[PUISI] JEJAK TAK BERTAPAK


JEJAK TAK BERTAPAK
Puisi karya Rahma Ayuningtyas Fachrunisa

Merahku telah padam
Seakan memang tak pernah ada
Hanya fiktif belaka
Kala hanya dusta semata
Bisuku pun mengabur
Kalut sejenak seluruh warna
Warnaku senjataku
Penguat sekaligus pelemah
Dan kuning tiada terpahat
Jejak itu tak bertapak
Berat gajah tak jua berada
Angin telah menghembus
Kabur sudah titik injak
Pun tiada lagi peduli rupanya
Saat warna ternyata mitos
Saat mereka tak paham etos
Ya, jejak itu tak lagi bertapak

2014-09-13

[PUISI] CAHAYA


CAHAYA
Puisi karya Rahma Ayuningtyas Fachrunisa

Cahaya di balik ufuk hitam
Cahaya itu di penghujung pandang
Namun jemari ini terasa hangat
Layak genggam berkas panjang
Tiada muncul namun merangkul
Akankah cahaya itu berkhianat
Goyahkan pagar t'lah berlalu
Buang ingatan kelabu
Lupakan yang dilalu
Biarkan terbawa titik pekat
Tinggal kenangan menjadi angan
Lepas hempas genggaman tangan
Tiada tahu harus berbuat
Inilah sebuah cahaya
Dalam lembar indah buaya
Inilah sebuah pilu
Dalam guratan indah syahdu

2014-04-21

Butiran Pilu



BUTIRAN PILU

Puisi karya Rahma Ayuningtyas Fachrunisa



Dulu Engkau belia

Hari-hari merajut asa

Langkah pasti merah merona

Sayup-sayup kudengar harap pinta

Memandangmu sungguh berharga

Kan kudorong Engkau ke haluan

Kilau indah hingga kemerlap cerah

Tiada hirau ‘kan selalu berpetuah



Kamuflase detik hingga menit

Harap ini adalah Engkau, tertanam lekat

Semampuku takkan biarkan Engkau tertodong

Semampuku takkan izinkan luka memerosok

Jiwa ini berpangku kuat tekad di raga



Masamu kian berkembang

Masaku kian berkurang

Biarkan kulihat topi hitam bertali hiasi kepalamu

Biarlah kulihat kemapanan menimpamu selepasku

Biar segala jerih menjadi gurih

Biar segala pekat menjadi kuat


2014-04-14

[LYRIC] Taeyeon - Set Me Free



TAEYEON - SET ME FREE
Romanization + English Translation

mundeug tteoollineun geon
The thing I suddenly remembered
neomanui miso
was your smile  
jakku jiuryeogo aesseodo
I keep trying to erase it  
seonmyeong hal ppuniya
but it just gets clearer

Love hamkke nanun su manhatdeon
Love All of the stories we shared  
yaegideul jinan il ingeol
together. Now they are in the past

Set me free, Let me be
Set me free, let me be 
nareul noha jwo jamshirado shwil su itge
Let me go so I can rest for a moment  
Set me free, Let me be
Set me free, let me be
igeon aniya babo cheoreom useumi heulleo
This isn’t  right, like a fool, I keep laughing

2014-04-03

Riwayat Si Aking


RIWAYAT SI AKING
Puisi karya Rahma Ayuningtyas Fachrunisa

Orang tua itu menyantap aking samarnya
Sungguh dinikmat, telan penuh senyum sulaman
Tiada peduli dahaga menancap
Penyangga perut itupuncukup
Si Anak tak begitu

Si Anak bertanya,
"Tak bisakah kita makan sesungguhnya nasi?"
Prihatin, Si Tua berkata,
"Inilah sesungguhnya nasi." 
Si Anak bingung termangu hentikan kecapan

"Ini nasi, keras, namun peduli."

Si Anak tatap nanar haus tanya 
Dengan apa ia sanggup memahami
Ia mendesah, seraya berkata,
"Tiada mengerti diri ini."


Si Tua mengibas senyum lebar
"Hendaknya kau mengerti, hendaknya kau tahu
Alangkah nikmat aking ini
Tiada tara Si Pembandingnya
Tiada duga Si Perasa
Mengapa tak kau coba tuk rasa?"

Si Anak pun tak puas jua
Makin bingung ia, Si Belia
Diketahuinya seonggok nasi bekal

Si Tua berkata lagi, 
"Aking ini simbol pemimpin hebat
Tajamkan penglihatanmu, pekakan perasaanmu."

Masih tiada mengerti, Si Kecil lagi bertanya,
"Sebuah aking yang patah rebah ini?"

Kau benar, Duhai Anakku.Ia hidup dalam gelimang kesederhanaan
Bukan jepitan kemeriahan
Berkecukupan namun tiada berlebihan
Mengemban amanahnya sebagai santapan
Meski kini tampak berbeda

2014-04-01

Cakrawala Senja


CAKRAWALA SENJA
Puisi karya Rahma Ayuningtyas Fachrunisa

Namaku Indonesia
Hiruk pikukku Indonesia
Terbelai lembut oh Indonesia
Hanya ini yang kupunya, hanya ini yang kupinta
Abdi tulus bagi Indonesia

Warsa-warsa merajut asa
Tiada begitu, semakin menyendu
Peluk hangatmu yang kurindu
Bersama bersatu melawan fatamorgana

Ingin ku dahulu
Namun lemah lemas bulu kudukku
Beban mestinya dipikul beriringan
Kemana diriku yang penuh genggaman

Kurasa hasrat selalu didekap
Mengapa tak kulihat jerit di indera
Rintih pedih kian menganga
Tiada peduli diri ini, tiada peduli sesak ini

Kejamkah diri ini
Mengadu kesenangan harmoni dengan tangis mungil mereka
Dulu ku pengabdi
Kanan kiri yang serasi
Bersatu padu dalam berat karat hidup ini
Kejamkah diri ini
Sungguh tega biarkan awan memudar, keji meraup
Mengapa ku begini

Kita ini satu
Kita ini Indonesia
Tak bisakah, tak dapatkah
Kita bersatu, karena kita satu
Sodorkan tangan buat membantu
Mengapa kau penuhi tawamu
Saat tetes mata mereka mengabu
Belas kasih ada padamu
Tertancap kuat di lubuk suci hatimu

2014-03-27

Rindu Garuda


RINDU GARUDA
Puisi karya Rahma Ayuningtyas Fachrunisa
Juara II FLS2N Cipta Puisi SMA Kab. Sukoharjo

Garuda meresah
Tata mulai tiada tertib
Akal mulai tiada budi
Malu malah menjadi mau
Garuda mengiba
Asa kami ternodai separuh hati
Khianat dusta menyayat keping janji
Tiada kuasa lagi rajukan ini
Garuda merindu
Kesejukan dahulu bumi pertiwi
Harmonis langka aroma merana
Mendangkal peduli pada sesama

Kian maksiat kasat terlibat
Tiada malu, utama nafsu
Beribu berudu berlagak harimau
Merasa hebat menjabat kuasa
Namun hina dina tergoda
Harta, tahta, wanita

Risau Garuda
Ketika alim menjadi dzalim
Rebakan topeng kian merajalela
Rindu Garuda
Hangat kopi sejukkan diri
Luar serta dalam

Garuda mendesah
Santun dikau, kemana pergi
Nilai agama dilempar jauh
Nilai garuda pun merapuh
Lantas dengan apa kau 'kan berpegang teguh

2014-03-22

Belajar Bermasyarakat dengan Sosiologi

BELAJAR BERMASYARAKAT DENGAN SOSIOLOGI


Judul               : Sociology 3A for Senior High School Grade XII Semester 1 
Penulis             : Dra. Kun Maryati dan Juju Suryawati, S.Pd.
Penerjemah      : Mayasari, M.Hum.
Penerbit           : esis
Tahun terbit     : Mei 2011
Tebal buku      : 157 + ix halaman
ISBN               : 979-25-5420-3

Sosiologi merupakan serangkaian ilmu pengetahuan untuk mempelajari masyarakat dan kebudayaannya. Sebagai tempat dimana manusia berinteraksi dengan satu sama lain, masyarakat juga merupakan tempat dimana peristiwa-peristiwa terjadi yang melibatkan anggotanya. Untuk menjadi bagian dari masyarakat tersebut, manusia perlu mengerti kedaan sekitarnya sehingga mereka dapat memerankan peran mereka sebagai anggota masyarakat yang baik.

Buku ini didesain untuk membantu siswa kelas XII SMA/MA menambah kemampuan mereka untuk memahami setiap peristiwa dalam kehidupannya sehari-hari melalui pemahaman konsep sosiologi, seperti sosialisasi, konflik sosial dan integrasi sosial.

Buku ini berisi tiga bab materi dengan rangkuman dan evaluasi disetiap babnya, sehingga mempermudah siswa. Bab 1 berisi tentang hakikat, bentuk-bentuk, faktor-faktor serta akubat dari perubahan sosial. Selanjutnya bab kedua membahas tentang modernisasi dan globalisasi. Adapun rinciannya merupakan pengertian, gejala dan dampak modernisasi dan globalisasi di Indonesia juga tantangan masa depan bangsa Indonesia. Bab terakhir berisi hakikat, tipe-tipe dan jenis lembaga sosial.

Dibandingkan buku sejenis lainnya, buku ini tergolong unggul dari sisi cover yang full colour. Buku ini juga dilengkapi gambar yang cukup besar sehingga membuat siswa semakin betah untuk mempelajari buku ini. Pembawaan dwibahasa pada buku ini menjadi nilai plus tersendiri bagi siswa yang mendapatkan pembelajaran dua bahasa. Meskipun begitu, buku ini tidak cukup lengkap karena adanya keterbatasan materi yang disebabkan oleh penggunaan dwibahasa.

2014-03-08

Mak, Apa Gunanya


MAK, APA GUNANYA
Puisi karya Rahma Ayuningtyas Fachrunisa

Mak, apa gunanya membantu selalu
Kala ikhlas harus berbalas

Mak, apa gunanya nama melejit
Kala yang melejit lah yang keji

Mak, apa gunanya mobil mewah
Kala ke Masjid pun tiada pernah

Mak, apa gunanya harta bergelimang
Kala infaq kian jarang

Mak, apa gunanya kantong penuh duit
Kala sumbangan malah pelit

Mak, apa gunanya mega rumah
Kala orang lain banyak mendesah

Mak, apa gunanya jadi orang berdasi
Kala berulah tak sesuai profesi

Mak, apa gunanya usaha di ujung mata
Kala sedekah tiada merata

2014-03-02

Realis atau Idealis


REALIS ATAU IDEALIS
Puisi karya Rahma Ayuningtyas Fachrunisa

Asa ini ada, ada di sini
Semangat ini tumbuh, tumbuh di pembuluh ini
Juang ku keras, keras tekad ini
Apa yang dimimpi, apa yang dinanti

Bila ku bertanya
Kecewa mendera
Tiada mengerti seorang pun jua
Rasa ini, pilu ini

Bila ku memilih
Satu mimpi, satu pasti
Tidak kala ini
Mungkin saat nanti

Bila ku mendoa
Pupus sudah, terus panjatkan
Sekian lama merunduk
Sekian dalam kelabuku

Tak mengerti
Itukah mimpi ataukah nonfiksi
Terlalu jauh tuk harapku
Tiap hamba pastinya mengharap

Anime

Gambar-gambar ini adalah anime bikinanku :D Agak aneh, sih, maklum masih pemula. Mohon kritik dan sarannya yaa ....



2014-02-21

HITAM PUTIH


HITAM PUTIH
Puisi Kontemporer karya Rahma Ayuningtyas Fachrunisa

Putih
Hitam
Ada putih
Ada hitam
Hidup, putih
Hidup, hitam
Putih yang menghitam
Hitam yang memutih
Putih untuk hitam
Hitam untuk putih
Putih lalu hitam
Hitam lalu putih
Hitam putih
Putih putih putih putih putih
Hitam hitam hitam hitam hitam
Hitam hitam hitam hitam hitam
Putih putih putih putih putih
Hitam
Putih
 

2014-02-16

REMBULAN


REMBULAN
Puisi karya Rahma Ayuningtyas Fachrunisa

Langkahku di hamparan gelapnya malam
Dingin menyeruak getarkan jiwa
Entah kenapa semangat ini pergi, hilang
Entah kemana harap ini hinggap, sembunyi
Kucoba tuk bertahan
Hanya terjatuh dan terjatuh selalu
Dirikan kembali harapanku?
Pupus ...
Di ujung sana, di ujung mata
Sebersit sinar yang menguntai indah
Elok, nyaman
Kutatap tiada ragu, kudekap berurai tetes mata
Andai ku bisa
Membelaiku di tajamnya malam
Kerasnya hitam
Di sini tersenyum
Asa pun tersirat di lubuk kecil ini
Akal mulai lurus berayun
Andai ku bisa
Berjumpa dengan rembulanku

2014-02-03

TIADA

TIADA
Syair karya Rahma Ayuningtyas Fachrunisa

Hampa hampa hampa hampa
Tiada tiada tiada tiada
Tak guna tak guna tak guna
Menyesal oh oh menyesal
Hendaknya pemuda berpikir
Tuanya tiada khawatir
Hidupnya tamsil kecilnya pasir
Tiada hasil lahir tanpa dzikir
Angkuh melekat dengan erat
Hasil akan tercemar Si Jahat
Miskin hati kaya perangkat
Tiada guna buat akhirat
Lihat kanan kiri selain tengah
Banyak kaum masih bersusah
Dimana hati mestinya gundah?
Tiada manfaat dari yang berbuah
Masih ada yang lebih atas
Jangan pikir kau lampaui batas
Dunia iya, setelahnya tiada tuntas
Buang keangkuhan untuk menetas

2014-01-10

Bulan yang Sama


BULAN YANG SAMA
Cerpen karya Rahma Ayuningtyas Fachrunisa
 
Udara terasa cukup dingin untuk kakiku yang masih lengket. Entah mengapa kali ini terasa berat untuk memulai hari di sekolah baruku. Ya, kini aku telah sah menjadi murid SMA. Status murid SMP sudah aku lepas sejak beberapa minggu yang lalu. Saat ini yang harus aku jalani adalah hidup dengan rok abu-abu dan segala hal berbau SMA yang konon menyenangkan. Aku merasa masih belum siap. Aku rindu dengan kehidupanku yang lalu.
Aku mencoba untuk menghilangkan perasaan tidak betahku. Bagaimanapun juga, aku harus menyukai tempat belajarku yang baru dan mulai beradaptasi dengan hawa yang berbeda. Lingkungan baru, guru dengan metode pembelajaran yang bervariasi serta tentunya teman-teman baru, atau mungkin sahabat baru.
Tiba-tiba, pikiranku melayang ke sahabatku saat di SMP dan aku berharap ia akan tetap menjadi sahabatku selamanya. Kami terpisah karena sekolah kami yang berbeda. Ia mengikuti permintaan orang tuanya untuk bersekolah di luar kota yang notabennya adalah asrama. Sedangkan aku? Ya, di sinilah aku. Aku belum siap untuk meninggalkan rumah tersayang sehingga aku tetap berada di kampung halamanku.
“Bruuuk ….”
Seketika lamunanku buyar. Aku melihat buku-bukuku berserakan di tanah. Orang yang ada di sampingku dengan segera mengambilkan kepunyaanku tersebut. Aku hanya diam, seperti belum sadar sepenuhnya dari pikiranku yang berkelana.
“Maaf, ya,” tukas seseorang tersebut. Ia memberikan barang yang ia pungut kepadaku. Aku mulai menebak-nebak bahwa dia adalah kakak kelas. “Awas, jangan melamun terus.”
Seperti mendapat tamparan keras yang tidak menyakitkan, aku langsung tersadar. Kali ini benar-benar ‘sadar’. Kakak kelas tersebut terkikik lalu berlalu.
Aku mendapati diriku telah berada di kelasku yang baru, X-Akselerasi. Setelah menjalani Masa Orientasi Siswa selama 3 hari, memang benar aku sudah mulai mengenal seluk beluk sekolah ini. Aku juga sudah cukup akrab terhadap teman-temanku yang baru, namun tetap saja ada yang terasa berbeda.
“Pagi, Rahma!” seru Gilang. Ia memang sering berangkat paling awal. Aku mulai berpikir mengapa ia bersemangat sekali untuk bersekolah. Aku tertawa kecil setiap kali memikirkannya.
Aku tersenyum riang. “Pagi.”
Kami berjalan bersama ke luar kelas, menunggu teman-teman yang lain datang. Aku merasa lebih baik setelah berbincang dan bercanda dengannya, layaknya sudah hilang ingatan akan pikiran yang lalu. Satu per satu teman-temanku mulai berdatangan. Kami berkumpul, membicarakan hal-hal yang begitu luas dan menyenangkan. Aku mulai larut dalam pembicaraan tersebut hingga bunyi bel membubarkan ‘perkumpulan’ kami.
Seperti biasa, awal pertemuan diisi dengan perkenalan. Perlahan-lahan, kami semakin akrab dan semakin rekat. Aku bisa merasakan itu. Rasa nyaman mulai tumbuh di lubuk kecilku.
Hari ini terasa begitu kontras dengan rasa malas pagi tadi. Aku merasa benar-benar bersemangat. Mungkin inilah yang sering disebut orang-orang dengan istilah ‘labil’.
Mendadak pengingat kecil dalam otakku memberitahukan bahwa aku harus ke SMP untuk mengambil ijazah pada siang nanti. Secepat kilat, perasaanku berubah. Aku benar-benar merindukan sahabatku. Kuharap aku bisa bertemu dengannya nanti.